Gerakan Kembali ke Akar Yudaik secara pelahan tapi pasti telah menggeser hari Paskah Kebangkitan kembali menjadi Pesakh Yahudi yang dirayakan pada hari Sabtu dan didahului dengan perjamuan roti tidak beragi pada malam sebelumnya.
Sebenarnya kedua kata PESAKH dan PASKAH itu sama, namun pengertiannya di tulisan ini dibedakan,
yaitu Pesakh untuk menunjuk kepada perayaan Yahudi yang diadakan pada hari Sabat sabtu sebagai peringatan keluarnya Israel dari tanah Mesir dibawah Musa,
sedangkan Paskah menunjuk kepada perayaan Kristen yang diadakan pada hari Minggu sesudah Pesakh Yahudi untuk mengenang kebangkitan Yesus,
karena itu disini keduanya dibedakan ejaannya hanya untuk memperjelas dalam membandingkannya.
Dalam perayaan Pesakh Yahudi, biasanya pada malam sebelumnya dilakukan perjamuan makan roti tidak beragi.
Pesakh dalam agama Yahudi adalah peringatan peristiwa bangsa Israel keluar dari Mesir, dan semalam sebelumnya, Tuhan menyuruh mereka mempersembahkan korban anak domba dan makan roti tidak beragi dimana darah anak-domba itu digunakan untuk memberi tanda pada rumah-rumah orang Yahudi untuk membedakannya dengan rumah-rumah orang Mesir (Kel. 12:1-28).
Peristiwa ini, yaitu pesakh keluaran dari Mesir itu, dirayakan setiap tahun oleh umat Israel/Yahudi.
Sekarang, bagaimana dengan perayaan Paskah umat Kristen?
Ketika Yesus akan berpisah dari para murid-Nya, Ia melakukan Perjamuan Malam sebelum Pesakh sesuai ritual Yahudi itu (Luk. 22:7-38),
namun perlu disadari bahwa Yesus tidak melakukan ritual kurban Pesakh Yahudi, kecuali kebiasaan makan roti tidak beragi, tetapi menggunakan momentum perayaan perjamuan makan pada malam sebelum Pesakh dan roti dan anggur di dalamnya itu untuk membawa para murid kepada pengertian baru kurban penebusan darah dan daging Yesus.
Dalam upacara malam sebelum Pesakh itu Yesus bersama ke duabelas murid-Nya melakukan perjamuan makan roti tidak beragi dan minum anggur:
Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan karena kamu.” (Luk. 22:19-20)
Perjamuan Malam sebelum Pesakh itu kemudian dikenal dikalangan Kristen sebagai ‘Perjamuan Kudus Jumat Agung,’ dirayakan setahun sekali sebelum penyaliban Yesus,
namun dalam kekristenan kemudian, perjamuan malamnya juga dilakukan pada hari-hari lainnya disamping Jumat Agung, ada yang merayakannya setahun dua kali, tiga kali, setiap bulan, setiap minggu, bahkan pada kekristenan awal kita melihat antusiasme mereka menyebabkan mereka merayakan perjamuan kasih itu bahkan setiap hari.“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1 Kor. 5:7).
Dengan perjamuan kudus ini Yesus telah mengubah konsep ritual Pesakh yang sebenarnya mengenang keluarnya bani Israel dari perbudakan di Mesir dengan korban anak domba, menjadi pembebasan melalui penebusan darah dan daging Yesus keluar dari dosa, karena Ialah anak domba Paskah, ini harus dikenang selama-lamanya.
Perjamuan malam sebelum Pesakh yang dirayakan setahun sekali pada ‘Jumat Agung’ bahkan dilakukan lebih sering di rumah-rumah jemaat.“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kis. 2:41)
Upacara perjamuan kudus itu terus berlanjut dan meluas ke semua tempat dimana umat Kristen berkembang. Jemaat Korintus juga merayakannya dan rasul Paulus mengingatkan mereka kembali akan makna Perjamuan Malam itu agar tidak disalah gunakan:
Menyusul Jumat Agung setahun sekali sebelum Pesakh Yahudi, umat Kristen merayakan kebangkitan Yesus pada hari pertama dalam minggu itu, yaitu yang kemudian disebut sebagai minggu Paskah. Hari Paskah adalah hari sukacita yang dirayakan pada hari minggu sesudah Jumat Agung untuk mengenang kebangkitan Yesus dari antara orang mati menggenapi kemenangannya atas dosa dan maut dan membuka kesempatan bagi umat Kristen memperoleh penebusan dan kebangkitan kelak.
Pesakh Yahudi mengenang pembebasan bangsa Israel dibawah Musa dari perbudakan fisik di Mesir dan dirayakan pada hari Sabtu setahun sekali, yang didahului dengan perjamuan roti tidak beragi pada malam sebelumnya,
tetapi Paskah Kristen mengenang penebusan dan pembebasan manusia oleh Tuhan Yesus dari perbudakan dosa dan maut dan dirayakan pada hari Minggu setahun sekali, dan didahului dengan perjamuan kudus pada hari Jumat Agung dan dientaskan pada hari minggu mengenang kebangkitan Yesus.
1. Teori pencurian mayat sudah dicatat dalam Alkitab sebagai dusta yang disebar-luaskan otoritas Yahudi (Mat. 28:11-15);
2. Yesus tidak mati disalib tetapi mati-suri saja dan dikemudian hari berkelana dan mati di Kashmir-India (dongeng dari India yang dipopulerkan oleh jemaat Ahmadyah / Ahmad Deedat);
Dibalik keraguan dan teori manusia yang menolak kebangkitan Yesus, justru Perayaan Paskah sekaligus menunjukkan dan membuktikan bahwa Yesus memang mati di salib dan meninggalkan kubur kosong dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Paskah sebagai kenangan kebangkitan tentunya bukan sekedar mitologisasi sesuatu yang diimani tetapi memang kenangan sejarah, apalagi kalau diingat betapa ketatnya tradisi Yahudi dalam merayakan Sabat sabtu dan berkumpul pada hari sabtu, dan ini di kalangan umat Kristen bisa berubah begitu drastis.
Hanya kebangkitan Paskah yang riel yang memungkinkan hal itu terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar