Sabtu, 19 Februari 2011
SURAT PAULUS KE ROMA
Rasul Paulus belum pernah mengunjungi jemaat di Roma ketika ia menulis surat ini.
Surat ini ditulisnya dari Korintus dalam perjalanan pengabaran Injil yang ketiga.
Surat ini banyak mengungkap mengenai pokok-pokok penting menyangkut kehidupan Kristen:
Pasal 1–3 mengemukakan bahwa Allah adalah benar dan bahwa murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman (Roma 1:17-18). Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa (Roma 3:20).
Ini menunjukkan bahwa baik orang Yahudi maupun kafir telah berdosa di hadapan Allah dan tak mampu dengan usaha kemampuannya sendiri untuk diperdamaikan dengan Dia:
Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorangpun tidak (Roma 3:9-10).
Pasal 4–5 menjelaskan bahwa Allah yang benar itu telah menyediakan jalan bagi setiap orang untuk memperoleh pengampunan dosa apabila kita percaya kepada Dia yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, di antara orang mati, yaitu Yesus, yang diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus, yang telah menanggung dosa-dosa dan hukuman setiap orang untuk diperdamaikan dengan Allah melalui kematian dan kebangkitanNya (Roma 4:24-25; 5:1).
Pasal 6 menjelaskan secara lengkap tentang arti dan pentingnya pembaptisan orang percaya:
Bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya.
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:3-4).
Pasal 7–8 menjelaskan tentang konflik antara sifat rohani yang baru orang percaya dengan sifat lamanya yang berdosa:
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup (Roma 8:10,12-13).
Pasal 9–11 menunjukkan hubungan Injil Yesus Kristus dengan orang-orang Yahudi dan kafir, yakni untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain (Roma 9:23-24).
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan (Roma 10:13).
Pasal 12–16 berisi penuntun bagi pertumbuhan rohani dan sikap serta perilaku kita, yaitu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:1-2).
Tuhan Yesus juga menegaskan: Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah (Matius 22:21; Markus 12:17; Lukas 20:25).
Kesadaran ini akan nyata dalam sikap takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Sebab itu barangsiapa melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya (Roma 13:1-2).
Kita juga wajib memupuk sikap tenggang rasa terhadap hati nurani orang-orang lain (Roma 14:1-23) dan kerelaan untuk mau menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri (Roma 15:1).
Dalam Kitab Roma, Paulus menekankan pula betapa penting peran Perjanjian Lama itu bagi pemahaman yang lengkap akan kehidupan Kristen:
Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci (Roma 15:4).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar