Jumat, 25 Februari 2011

ALKITAB ITU PERKATAAN MANUSIA, MITOS ATAU FIRMAN ALLAH???



Jika Alkitab bukan Firman Tuhan, lalu perkataan siapakah yang terdapat didalamnya?
Kita hanya dapat membuat dua perkiraan, yang satu Alkitab adalah perkataan manusia dan yang lain Alkitab adalah perkataan setan.

Apakah Alkitab merupakan firman Tuhan?
Kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor di bawah ini untuk menjawab pertanyaan tersebut.


10 ALASAN UNTUK PERCAYA ALKITAB




Ada 10 alasan mengapa alkitab bisa dipercaya dan bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Allah atau di hadapan manusia

ALKITAB BAGI SEMUA ORANG



Pada saat Alkitab lengkap masih dianggap suatu buku baru, sudah ada orang-orang yang tak dapat membacanya.
Dengan kata lain, pada abad ketiga (sama seperti pada abad ke 20 !) ada orang-orang yang kurang pandai membaca bahasa Ibrani dan bahasa Yunani.
Jadi, pada abad itu sudah perlu adanya terjemahan dari bahasa-bahasa asli Firman Allah tersebut.

Bahkan sebelum penulisan Kitab Perjanjian Baru, sudah ada banyak orang yang membutuhkan suatu terjemahan Kitab Perjanjian Lama.
Pada abad ketiga sebelum Masehi, bahasa Yunani sudah umum dipakai di mana-mana di daerah Timur Tengah.
Banyak orang Yahudi yang dapat berbicara bahasa Yunani, tetapi tidak menguasai bahasa nenek moyangnya--khususnya orang Yahudi yang merantau di negeri Mesir.

ALKITAB TERJEMAHAN DAN KANONISASI



Mengapa Alkitab tidak dipertahankan dalam bahasa aslinya saja untuk mengurangi kesalahan penerjemahan?
Seringkali ada penerjemahan yang kurang tepat sehingga harus melihat dulu dari bahasa aslinya baru tahu yang dimaksud itu seperti apa.
Yang jadi masalah adalah banyak keyakinan yang timbul, yang terkadang menimbulkan kontroversi, padahal ayat tersebut diambil dari ayat berbahasa Indonesia yang artinya kurang begitu tepat kalau dilihat dari bahasa aslinya.
Bagaimana bila kasus seperti ini terjadi pada teman-teman seiman yang tidak memiliki pengetahuan tentang bahasa asli alkitab ?


OTORITAS ALKITAB



Penyebab terbesar dari kekacauan di dalam gereja dewasa ini adalah kurangnya otoritas yang dapat disandari.
Banyak usaha dilakukan untuk mensuplai otoritas ini melalui keputusan-keputusan sidang gerejawi, pertemuan yang eksistensial dengan "firman" tetapi yang tidak bisa dipahami maksudnya, atau dengan cara-cara lain.
Tapi tak satupun pendekatan itu dapat dikatakan berhasil.
Lalu apa yang salah?
Apakah sebenarnya sumber otoritas bagi orang Kristen?? 


MENGAPA ADA 4 INJIL???



Keempat Injil, sebagaimana diketengahkan secara berurutan di dalam Perjanjian Baru adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah, mengapa empat?
Tidakkah satu saja memadai? 


Senin, 21 Februari 2011

KEJADIAN


Laporan yang diilhamkan oleh Allah, yang dikenal sebagai Kitab Suci ini, menyatakan bahwa Allah adalah Pribadi yang Hidup, Pencipta tertinggi dan berkuasa mutlak atas seluruh alam ini (Yohanes 1:1-3; Kolose 1:16-17).

Kalimat pertama pada satu-satunya wahyu Allah kepada manusia ini diawali dengan perkataan:
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1).
Kitab Kejadian adalah buku pertama dari lima buku yang diilhamkan Allah kepada Musa untuk ditulis.

KELUARAN


Pasal-pasal terakhir dalam Kejadian menceritakan bagaimana Yakub dan keluarganya berangkat ke Mesir pada waktu Yusuf sedang menduduki jabatan tertinggi di bawah raja Firaun di Mesir.
Pada waktu itu, keluarga Yakub berjumlah 70 orang.
Karena Yusuflah maka Firaun memberikan tanah Gosen, suatu kawasan yang sangat subur di Mesir, sebagai tempat kediaman umat Israel.
Setelah kematian Yusuf, martabat yang tinggi yang pernah dirasakan umat Israel di Mesir berangsur pudar.


IMAMAT


Kitab Imamat merupakan lanjutan dari peristiwa-peristiwa dalam Kitab Keluaran yang berakhir dengan penyelesaian pembangunan Kemah Suci.
Hanya satu bulan telah berlalu di antara peristiwa-peristiwa dalam Keluaran dan peristiwa dalam Kitab Bilangan (Keluaran 40:17; Bilangan 1:1).

Coba perhatikan ruang yang Allah berikan untuk Kitab Imamat.
Hanya 27 ayat dalam Kejadian yang digunakan untuk menjelaskan seluruh Penciptaan, tetapi ada 27 pasal yang dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana kita menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.
Selain itu, kitab ini dikutip lebih dari 80 kali dalam Perjanjian Baru.

Korban-korban dalam Kitab Imamat merupakan penjelasan yang paling lengkap dalam seluruh Alkitab mengenai karya penebusan Juruselamat bagi dosa manusia.

Istilah-istilah bahasa Ibrani untuk kudus, kekudusan, dan menguduskan muncul kira-kira 150 kali dalam kitab ini.
Walaupun keimaman Lewi dan sistim pengorbanan telah berhenti, namun prinsip-prinsip yang sama ini masih cocok diterapkan bagi orang-orang Kristen pada masa kini.
Karena tanpa kekudusan, tidak seorangpun melihat Tuhan (Ibrani 12:14).

Kitab Imamat terbadi dalam dua bagian utama.
Pasal 1 - 17 mengemukakan dasar persekutuan manusia dengan Allah -- nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu (Imamat 17:11; Ibrani 9:22).
Darah dari binatang yang dikorbankan menutupi dosa-dosa umat hanya sementara saja dan harus diulang kembali untuk setiap dosa yang dilakukan secara tidak disengaja.
Namun, darah binatang yang dikorbankan itu melambangkan darah Yesus yang telah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa untuk selama-lamanya (Ibrani 10:12; 9:14).

Lima persembahan korban diperlukan untuk memberi pengertian yang lengkap mengenai berkat-berkat yang indah yang akhirnya akan datang melalui satu persembahan korban yang terakhir yaitu kematian Tuhan Yesus Kristus (1 Yohanes 1:7).

Bagian yang kedua menjelaskan tentang tujuh hari raya dalam pasal 18 - 27.
Seluruh hari raya maupun korban persembahan melambangkan tentang Kristus.

Petunjuk pelaksanaan hari-hari raya telah disampaikan di padang gurun ketika seluruh suku berkumpul di sekitar Kemah Suci, kira-kira 500 tahun sebelum Bait Allah dibangun.
Namun, hari-raya-hari raya itu diberi jarak waktu agar semua orang yang diam di Tanah Perjanjian itu dapat pergi ke Yerusalem tiga kali setahun untuk merayakan ketujuh hari raya yang telah diperintahkan itu -- Tiga kali setahun segala orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN, Allah Israel (Keluaran 34:23).

Perjalanan yang pertama ke Yerusalem dilaksanakan pada bulan pertama tahun ibadah itu ketika ke 3 Hari Raya diperingati:
(1) Hari Raya Paskah, yang mulai pada malam hari yang ke 14;
(2) Hari Raya Roti Tidak Beragi, mulai pada hari ke15 dan berlangsung terus selama seminggu;
(3) Hari Raya Hulu Hasil, pada hari sesudah Sabat dalam minggu itu (Imamat 23:1-44).

Perjalanan kedua, yang dilaksanakan tujuh minggu kemudian, memperingati Hari Raya Tujuh Minggu atau yang dikenal dengan Hari Pentakosta -- Kisah 2:1, yang jatuh pada hari Minggu, pada hari sesudah Sabat, tepatnya 50 hari setelah Hari Raya Hulu Hasil.

Kelompok hari raya yang ketiga diperingati pada bulan ke tujuh.
Termasuk di dalamnya adalah Hari Raya Serunai pada hari pertama; Hari Raya Pendamaian pada hari ke sepuluh; dan Hari Raya Pondok Daun dari hari ke lima belas sampai hari ke dua puluh dua.

Selain ke tujuh hari raya juga ada hari Sabat, yang juga dinamakan hari raya.
Ada Sabat mingguan dan beberapa Sabat khusus yang juga sering disebut pertemuan kudus (Imamat 23:2-4,7-8,21,24,27,35-37).
Semua ini merupakan kesempatan untuk bersekutu bersama-sama dan merayakan kebaikan-kebaikan Tuhan dan kesempatan mendengarkan ajaran dari FirmanNya yang kudus.
Pada saat itu seorangpun tidak boleh melakukan sesuatu pekerjaan - di segala tempat kediamanmu (Imamat 23:3,14,21,31).

BILANGAN


Kitab Bilangan mengulangi kembali sejarah Israel sejak mereka tiba di Gunung Sinai sampai mereka mencapai kawasan Lembah Moab hampir 40 tahun kemudian.

Kitab ini terbagi dalam 3 bagian :

1. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Gunung Sinai, Bilangan 1:1 - 10:10
Setelah umat Israel berada di Gunung Sinai selama kira-kira satu tahun, Tuhan menyuruh agar menghitung jumlah seluruh laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas.
Perhitungan itu menyatakan bahwa ada 603,550 laki-laki yang memenuhi syarat untuk menjadi tentara Israel.

2. Peristiwa-peristiwa selama 38 tahun pengembaraan di padang gurun, Bilangan 10:11 - 21:35
Pada hari ke dua puluh bulan kedua pada tahun kedua, Tuhan mengangkat awan hadiratNya dari Kemah Suci lalu umat Israel mengikuti awan yang bergerak maju menuju Kades-barnea, kira-kira 160 mil ke arah utara.
Namun tak lama kemudian orang banyak itu mulai bersungut-sungut dan memberontak (Bilangan 11:1-10; Mazmur 78:30-37; 106:13-14).
Akhirnya umat Israel itu tiba di Kades-barnea, dan di tempat itu umat Israel memaksa untuk mengintai dahulu keadaan Tanah Perjanjian itu sebelum memasukinya (Bilangan 13-14; Ulangan 1:22-40).

Dua belas pengintai diutus dan ketika mereka kembali 40 hari kemudian (Bilangan 13:25), 10 dari mereka mengajukan keberatan untuk memasuki tanah itu karena ada raksasa-raksasa dan tembok yang kokoh yang mengelilingi kota-kota di negeri itu.
Walaupun Yosua dan Kaleb memberi jaminan: Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (Bilangan 13:30; 14:9).
Namun segenap umat mengancam hendak melontari kedua orang itu (Yosua dan Kaleb) dengan batu (Bilangan 14:10).

Pemberontakan umat Israel berakibat 38 tahun pengembaraan yang sia-sia di padang gurun sampai seluruh orang yang berusia 20 tahun ke atas meninggal.
Hanya Yosua dan Kaleb, yang beriman dari generasi pertama yang akhirnya memasuki tanah itu.

Pemberontakan yang lain terjadi ketika Korah, Datan, Abiram beserta 250 orang terkemuka dari umat itu berkumpul menentang kepemimpinan Musa dan Harun.
Allah menegaskan dukunganNya terhadap kepemimpinan Musa dengan mengirimkan gempa bumi yang mengakibatkan tanah terbelah dan menelan mereka yang membangkang itu.
Karena mereka tidak mau mengakui peristiwa ini sebagai hukuman dari Allah, maka umat langsung mengecam Musa dan Harun sehingga berakibat 14,700 pembangkang meninggal (Bilangan 16:49; 17:10).

Kemudian, ketika umat itu kembali bersungut terhadap Musa, ribuan dari mereka dipagut oleh ular berbisa dan meninggal.
Musa kemudian memohon doa kepada Tuhan dan Tuhan menuruhnya untuk menaikkan ular tembaga pada sebuah tiang agar setiap orang yang memandang ular itu akan sembuh (Bilangan 21:4-9).

Ketika mereka berangkat menuju ke arah utara, umat Israel berjumpa dengan Sihon, raja Amori, dan Og, raja Basan.
Bangsa Israel berhasil mengalahkan keduanya dalam medan peperangan dan menduduki wilayah mereka di sebelah timur sungai Yordan dan Laut Mati (Bilangan 21:21-35).

3. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Lembah Moab: Petunjuk-petunjuk untuk penaklukkan, Bilangan 22:1 - 36:13
Dalam persiapan memasuki tanah Kanaan, umat Israel berkumpul di padang Lembah Moab.
Padang ini terletak di sebelah utara Laut Mati, ke arah timur Sungai Yordan, bersebelahan dengan Yerikho, kira-kira 230 mil dari Gunung Sinai.
Peristiwa ini diikuti dengan upaya dari Balak, Balaam, dan orang-orang Midian yang ingin menaklukkan umat Allah dengan cara membujuk mereka untuk berbuat kejahatan moral.
Dan oleh karena kejahatan mereka, 24,000 orang Israel meninggal (Bilangan 22:12; 25:1-9).
Allah mengharuskan kematian seluruh orang Midian dan mereka membunuh Balaam dengan pedang (Bilangan 31:1-18).

Kemudian Tuhan menyuruh Musa dan Eliezer untuk menghitung kembali semua laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas dari generasi yang baru, seperti yang telah dilakukan 38 tahun sebelumnya di Gunung Sinai.
Hasil perhitungan berjumlah 601,730 orang (Bilangan 26:51).

ULANGAN


Pada tahun ke 40 setelah umat Israel meninggalkan Mesir, Musa menegaskan kembali Hukum Allah kepada generasi yang baru, yang adalah anak cucu umat Israel yang pertama meninggalkan Mesir dan sekarang diam di Lembah Moab, sambil menanti saatnya untuk memasuki Tanah Perjanjian (Ulangan 29:1-5).
Namun kitab Ulangan lebih dari sekedar ringkasan dari Hukum Allah yang telah disampaikan melalui Musa di gunung Sinai.
Kitab ini merupakan suatu wahyu yang baru tentang Allah dan kasihNya.
Dari Kejadian sampai Bilangan, kasih Allah itu tak pernah disebut-sebut; namun sekarang, empat kali Musa menegaskan: Ia mengasihi nenek moyangmu ...... Tuhan mengasihi kamu (Ulangan 4:37; 7:7-8; 10:15; 23:5).

Berita yang disampaikan Musa kepada umat dimulai dengan pengulangan kembali perjalanan mereka di padang gurun dan kegagalan yang di alami oleh nenek moyang mereka (Ulangan 1:1-11).
Juga ia mendorong mereka agar mentaati Firman Allah (Ulangan 4:1-40).

Ia mengingatkan umat bahwa Tuhan telah mengadakan perjanjian dengan mereka di Horeb (Gunung Sinai).
Kemudian, sesudah menegaskan kembali Ke Sepuluh Hukum kepada mereka (Ulangan 4:44; 5:33), Musa juga mengingatkan untuk tidak melupakan Allah nenek moyang mereka, yang adalah satu-satunya Allah yang benar, dan menasihatkan umat untuk tetap mengasihi Tuhan (Ulangan 6:1-25).
Juga pentingnya ketaatan kepada Firman Tuhan ditekankan dan perlunya mengajarkannya dengan giat kepada anak-anak mereka.
Termasuk dalam nasihat-nasihat ini adalah awasan tentang hukuman yang akan menimpa para penyembah berhala dan bahayanya sikap bersandar kepada kemampuan diri sendiri dan sikap melupakan Allah (Ulangan 8:1 - 10:5).

Musa juga menegaskan tentang kehidupan yang penuh dengan ketaatan dan kasih dengan mengatakan: Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari ...... mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu ....... dan berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu (Ulangan 10:12-13).
Nasihat ini diikuti dengan petunjuk mengenai tempat beribadah di Tanah Perjanjian (Ulangan 12:10-14).
Selain itu, mereka juga harus menghancurkan segala bentuk agama yang palsu -- termasuk mezbah-mezbah, patung-patung dan kota-kota yang menjadi pusat berhala-berhala.
Setiap orang yang merayu orang lain untuk menyembah berhala harus dibunuh (Ulangan 12:1-3,29-32; 13:1-18).

Juga kitab ini berisi nasihat-nasihat tentang pemerintahan, kehidupan pribadi dan sosial, pentingnya memberi persepuluhan dan korban-korban persembahan (Ulangan 12:5-28; 14:22-29), dan pelaksanaan tiga hari raya yang besar yaitu Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Ulangan 16:1-17).
Juga yang tidak kalah penting adalah nubuatan mengenai seorang Nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku (Musa); dialah (Kristus) yang harus kamu dengarkan (Ulangan 18: 15).
Seribu lima ratus tahun kemudian, Petrus menerapkan nubuatan ini kepada Kristus (Kisah 3: 22-23), sebagaimana juga dilakukan oleh Stefanus (Kisah 7:37; lihat juga John 1:21).

Musa ingin membaharui kembali perjanjian Tuhan yang telah disampaikan di gunung Sinai (Horeb) yang berisi di antaranya adalah berkat-berkat terhadap ketaatan dan kutuk terhadap ketidaktaatan (Ulangan 27:1 - 28:68).
Setelah menyeberang masuk ke Tanah Perjanjian, umat Israel harus mempersembahkan korban bakaran dan korban perdamaian, dan harus mengukirkan Huku Allah pada dua tiang batu yang akan didirikan di gunung Ebal di mana di tempat itu mereka juga harus mengucapkan kutuk terhadap ketidaktaatan. Berkat-berkat untuk ketaatan harus disampaikan dari Gunung Gerizim.

Musa kembali menasihatkan umat Israel untuk mengasihi Tuhan ..... mendengarkan suaraNya .... berpaut padaNya, sebab Ia adalah sumber kehidupanmu (Ulangan 30:20).

Kemudian Musa disuruh menulis sebuah nyanyian yang Allah berikan kepadanya dan kemudian mengajarkannya kepada umat sebagai saksi bagiKu (Allah) (Ulangan 31:19-22,30; 32:1-43).

Kitab ini berakhir dengan Yosua, yang diperintahkan oleh Musa untuk mengambil alih sebagai pemimpin umat Israel.

Istilah-istilah kunci seperti mentaati dan melakukan terdapat lebih dari 170 kali dalam kitab ini.

YOSUA


Kitab Yosua mencakup periode kira-kira 25 tahun dan kitab ini merupakan lanjutan sejarah yang disampaikan dalam Ulangan.
Sejauh ini Tuhan telah berbicara kepada beberapa orang secara pribadi melalui mimpi-mimpi, penglihatan-penglihatan, atau dengan perantaraan malaikat, maupun berbicara langsung kepada Musa. Sekarang suatu metode yang baru diperkenalkan.

Lima kitab Musa diberikan sebagai suara Allah yang tertulis kepada seluruh pengikutNya yang setia:
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung (Yosua 1:8).

Ada 8 hal yang ditekankan dalam kitab Yosua :

1. Dua pengintai melakukan pengintaian ke negeri itu dan membuat perjanjian dengan Rahab (Yosua 2:1-24).

2. Bangsa Israel berangkat dari Sitim ke sungai Yordan dan tinggal selama tiga hari untuk menguduskan diri mereka (Yosua 3:5).

3. Menyeberangi sungai Yordan. Pada waktu imam-imam memikul Tabut Perjanjian untuk menyeberangi sungai Yordan, Tuhan membuat air sungai berhenti mengalir agar umat Israel dapat menyeberang. Kemudian Yosua menegakkan dua belas batu peringatan ......supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan Tuhan (Yosua 4:9, 24).

4. Setelah menyeberang, umat Israel diam di Gilgal, dekat tepi sungai Yordan dan Tuhan menyuruh mereka menyunat seluruh lelaki kaum Israel yang lahir di padang gurun (Yosua 5:2,5).

5.Sesudah itu, mereka memperingati Paskah yang pertama di Tanah Perjanjian (Yosua 5:10).

6. Penaklukkan tanah Kanaan (Yosua 5:13 - 12:24). Sesuai dengan petunjuk Tuhan, pasukan Israel berjalan mengelilingi Yerikho dan seluruh penduduknya binasa terkecuali Rahab bersama keluarganya, yang selamat karena imannya kepada Allah Israel (Yosua 2:1-21; 6:22-25).
Setelah penaklukkan Yerikho dan Ai, umat Israel menuju utara ke Gunung Ebal, dekat Sumur Yakub, dan di sana Yosua mendirikan mezbah untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban perdamaian. Berkat-berkat terhadap ketaatan dibacakan di atas Gunung Gerizim; dan kutuk-kutuk karena ketidaktaatan dibacakan di atas Gunung Ebal.
Hal ini merupakan penegasan perjanjian Israel secara nasional dengan Allah (Yosua 8:30-35). Setelah mengadakan perjanjian dengan kaum Gibeon (Yosua 9:1-27), Adoni-zedek Raja Yerusalem -- mengadakan ikatan persahabatan dengan empat raja dari Hebron, Yarmut, Lakhis dan Eglon -- untuk memerangi Gibeon.
Namun Yosua mengalahkan mereka semuanya melalui campur tangan yang ajaib dari Allah (Yosua 10: 1-4,11-14).
Kabar tentang serangan Israel menyebar ke utara, dan Yabin, Raja Hazor mempersatukan para raja yang tersisa di negeri itu bersama dengan pasukan mereka untuk memerangi umat Israel (Yosua 11:1-4).
Walaupun mereka diperlengkapi dengan kereta-kereta perang, raja-raja ini juga mengalami kekalahan dahsyat (Yosua 11: 16-23).

7. Pembagian Tanah (Yosua 13:1 - 22:34).
Setelah menaklukkan Kanaan, setiap suku masing-masing diberi suatu wilayah sebagai tempat kediaman.
Namun, suku Lewi tidak diberi wilayah yang terpisah melainkan diberikan 48 kota yang tersebar di seluruh wilayah kediaman suku-suku itu (Yosua 21:41).
Masuknya Israel, serta penaklukkan tanah itu oleh mereka membuktikan kesetiaan Tuhan dalam menggenapi perjanjian yang Ia telah sampaikan kepada Abraham:
Dari segala yang baik yang dijanjikan Tuhan kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi (Yosua 21:43-45; 1:1-6).

8. Berita perpisahan Yosua (Yosua 23:1 - 24:33).
Yosua memanggil seluruh umat Israel untuk mendengarkan kata-kata perpisahannya.
Namun hal penting yang menjadi perhatian utamanya adalah agar mereka benar-benar memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam Kitab hukum Musa, supaya jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri (Yosua 23:6).

HAKIM-HAKIM


Kitab Hakim-Hakim menggabungkan fragmen-fragmen sejarah Israel sejak kematian Yosua sampai kepada pelayanan Samuel, suatu periode yang mencakup kira-kira 330 sampai 400 tahun.
Setelah kematian Yosua, tak ada lagi pemimpin nasional yang diangkat oleh Allah untuk menggantikannya, dan masing-masing suku bertindak atau memerintah sendiri-sendiri (Hakim-hakim 1:1 - 2:23).
Kemudian tujuh kemurtadan besar dicatat yakni pada saat bangsa Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Hakim 2:11; 3:7,12; 4:1; 6:1; 10:6; 13:1).
Dalam setiap peristiwa itu, umat Israel selalu dikalahkan oleh musuh, harta mereka dirampas dan mereka tertawan dan tertindas.
Namun, ditengah-tengah situasi sulit itu, pada saat umat berdoa, maka Allah membangkitkan pemimpin yang melepaskan mereka sehingga mereka dapat merasakan kembali ketenteraman dan kemakmuran.
Namun keadaan berubah kembali setiap kali mereka berpaling dari Tuhan (pasal 3 - 16).

Kita diperkenalkan kepada seorang wanita, yaitu nabiah Debora, dan ke dua belas hakim yang diangkat di tempat dan waktu yang berbeda-beda.
Mereka disebut “pelepas” karena mereka melepaskan bangsa itu dari sikap tidak mengindahkan Firman Allah dan dari musuh-musuh mereka yang menindas.
Para pelepas itu adalah Otniel (Hakim 3:5-11); Ehud (Hakim 3:12-30); Samgar (Hakim 3:31); Debora/Barak, yang memerintah bersamaan waktu (Hakim 4:1 - 5:31); Gideon (Hakim 6:1 - 8:32); Tola (Hakim 10:1-2); Yair (Hakim 10:3-5); Yefta (Hakim 10:6 - 12:7); Ebzan (Hakim 12:8-10); Elon (Hakim 12:11-12); Abdon (Hakim 12:13-15); and Simson (Hakim 13:1 - 16:31).
Anak Gideon yaitu Abimelekh tidak disebut sebagai hakim oleh Allah, karena ia berbuat jahat dengan merampas takhta pemerintahan dan ia menjadi raja bagi orang-orang Efraim selama tiga tahun (Hakim 9:1-54).
Di dalam kitab I Samuel, imam Eli dan nabi Samuel juga disebut sebagai hakim.

Kemungkinan ada lebih banyak hakim lagi dan periode pemerintahan mereka mungkin tumpang tindih. Hakim-hakim itu tidak menguasai seluruh suku, melainkan tampaknya masing-masing berkuasa atas sesuatu wilayah tertentu di mana penindasan sedang terjadi.
Di saat tak ada pemimpin atau pemerintahan nasional, kejahatan dan kekacauan rohani merajalela. Namun, penyebab utama kegagalan Israel disebutkan dua kali: Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri (Hakim 17:6; 21:25) -- yang berarti bahwa mereka tidak mengindahkan Firman Allah sebagai kekuasaan tertinggi atas kehidupan mereka.

Sangat menyedihkan karena di dalam kitab Hakim-Hakim ini kita membaca mengenai ketidakpedulian mereka terhadap Firman Allah yang membawa penderitaan dan perbudakan atas bangsa itu.
Namun, kita bersukacita dalam menyaksikan kemurahan Allah yang ditunjukkanNya ketika orang-orang berdoa dan mematuhi FirmanNya.

Kebanyakan suku Israel tidak mengindahkan perintah Tuhan agar mengusir semua orang Kanaan yang masih menduduki wilayah mereka (Yosua 17:18).
Sebaliknya, bangsa Israel berkompromi dengan mereka dengan mengangkat orang-orang Kanaan sebagai budak dan mempekerjakan mereka pekerjaan-pekerjaan yang berat dan mengenakan pajak berat (Hakim 17:13).
Keadaan ini lambat laun menyebabkan mereka kawin mawin dan akhirnya menjerumuskan umat Israel ke dalam penyembahan dewa-dewa Kanaan.
Konsekuensinya adalah bahwa Allah menarik perlindunganNya atas umat Israel sehingga mereka menjadi mangsa serangan bangsa-bangsa kafir.

Pasal-pasal akhir (Hakim 17-21) bukan merupakan lanjutan sejarah Israel, melainkan berisi penjelasan tentang degradasi moral dan spiritual yang dialami bangsa Israel akibat ketidakpedulian mereka terhadap Tuhan dan firmanNya.

Keberdosaan, penderitaan, dan perhambaan yang dialami umat ini jelas berlawanan dengan kemenangan dan kebebasan yang dilaporkan dalam Kitab Yosua sebagai akibat kesetiaan umat kepada Tuhan.
Kitab Hakim-Hakim mengajar bahwa ketidaktaatan kepada Firman Allah selalu membawa kekalahan. Sebaliknya, ketaatan kepada Firman Allah menjamin perolehan berkat-berkatNya.

RUT


Peristiwa-peristiwa dalam kitab Rut terjadi ketika para hakim memerintah (Rut 1:1).
Ceritanya mulai ketika Elimelekh, dan Naomi, istrinya, serta anak-anak mereka, Mahlon dan Kilyon yang sedang tinggal di Betlehem, menghadapi bencana kelaparan yang hebat.
Mungkin, sementara mereka sedang berdiri di ladang di perbukitan Yehuda, mereka dengan mudah memandang ke Moab dan menyaksikan kesuburan tanah itu.
Sebab itu mereka memutuskan untuk meninggalkan warisan yang telah diberikan Allah di tanah perjanjian itu dan pergi untuk menetap di sana sebagai orang asing (untuk sementara waktu) sampai musim kekeringan itu berakhir (Rut 1:1-2).
Namun, suatu bencana menimpa mereka selama 10 tahun mereka tingal di sana (Rut 1:3,5).
Elimelekh meninggal pertama, tak lama kemudian Mahlon dan Kilyon, yang telah kawin dengan perempuan Moab yakni Orpa dan Rut, juga meninggal.
Ketiga janda yang tak beranak itu kemudian ditinggalkan tanpa ada yang akan mewarisi atau meneruskan nama keluarga.

Tak lama kemudian, Naomi mendengar bahwa Tuhan telah kembali memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka (Rut 1:6), karena itu, bersama-sama dengan Orpa dan Rut, mereka kembali pulang ke Betlehem.
Tak lama kemudian Orpa kembali lagi ke kampung Kitabnya dan kepada Kamos, allah kafirnya; namun Rut tetap mempertahankan imannya kepada Allah yang benar sehingga ia berkata kepada Naomi: Kemana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam, bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku (Rut 1:16).

Rut dan Naomi kembali ke Betlehem tepat pada musim panen jelai.
Naomi terlalu tua untuk bekerja di ladang, tetapi Rut meminta izin untuk menjadi “pemungut jelai” -- suatu kesempatan yang diberikan Allah kepada orang miskin untuk mengumpulkan apa yang ditinggalkan oleh para penuai (Imamat 19:9-10; Ulangan 24:19).
Atas perkenan Allah, ia mulai bekerja di ladang milik Boas, seorang Israel yang kaya, yang masih saudara dekat dari almarhum Elimelekh, ayah mertuanya.
Namun, keduanya tak mengetahui bahwa mereka masih punya ikatan kekeluargaan.
Rut ternyata adalah seorang pekerja yang rajin.
Ia juga dikenal sebagai orang yang menyediakan segala kebutuhan bagi Naomi, ibu mertuanya yang sudah tua itu (Rut 2:11,18).

Beberapa minggu telah berlalu, akhirnya orang-orang tahu bahwa suami Rut yang telah meninggal itu masih punya ikatan keluarga dengan Boas yang kaya raya itu.
Ketika sedang panen, sesuai nasihat Naomi, Rut berbaring di kaki Boas ketika ia sedang tidur dekat tempat pengirikan.
Kemudian Rut meminta agar Boas menebarkan kain penutup ke atas dirinya.
Boas memahami tindakan itu sebagai usul perkawinan oleh Rut yang telah menjadi janda itu (lihat Yehezkiel 16:8-14).
Hukum Taurat mengizinkan bagi Boas, sebagai seorang saudara-penebus, untuk memikul tanggung jawab bagi Naomi dan Rut dan menebus atau meneruskan warisan Elimelekh yang telah meninggal itu. Apabila diminta, maka tanggung jawab Boas adalah mengawini Naomi dan membesarkan anak agar dapat meneruskan nama Elimelekh.
Namun Naomi sudah terlalu tua dan ia ingin agar Rut yang menggantikan posisinya sebagai janda pewaris Elimelekh.

Setelah mengadakan persiapan yang diperlukan, Berkatalah Boas kepada para tua-tua dan kepada semua orang di situ: ..... bahwa segala milik Elimelekh .. Aku beli dari Naomi .... juga Rut ... aku peroleh menjadi isteriku untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya.
Demikianlah nama orang itu tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya (Rut 4:9-10; Imamat 25:25-34; Ulangan 7:6-8; 23:3-4; 25:5-10).

Rut akhirnya melahirkan anak dari Boas dan Naomi membantu merawat anak itu.
Mereka menyebutkan namanya Obed; Dialah ayah Isai, ayah Daud (nenek moyang Yesus Kristus) (Rut 4:17).
Kitab Rut menekankan tentang kasih setia Tuhan kita yang telah memilih seorang perempuan Moab untuk diikutsertakan dalam perjanjianNya dengan Israel, dan menjadi salah satu dari dua wanita yang nama mereka disebut sebagai nama buku dalam Alkitab.
Rut juga adalah salah satu dari keempat wanita yang disebut dalam silsilah Yesus (Matius 1:5-6,16), yang menyaksikan kasih Allah terhadap semua manusia.

1 SAMUEL


Kitab I Samuel merupakan lanjutan dari kitab Hakim-Hakim.
Kitab ini mencakup periode transisi dari federasi 12 suku selama pemerintahan hakim-hakim kepada pemerintahan monarkis dibawah pimpinan Raja Saul.
Isi kitab I Samuel mencakup kira-kira 100 tahun, sejak kelahiran Samuel sampai pada kematian Saul, raja Israel yang pertama.

Setelah kekalahan Filistin oleh Israel, Eli, yang telah memimpin Israel sebagai imam dan hakim, mendadak meninggal pada saat mendengar hukuman Allah yang menimpa anak-anaknya dan dirampasnya Tabut perjanjian (I Samuel 3:11-14; 4:12-18).
Samuel, yang telah dikenal oleh seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba .... telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan, dan ia menjadi hakim Israel yang terkemuka (I Samuel 3:20).

Samuel mendirikan sekolah nabi yang pertama, dan dengan setia ia mengajarkan firman Allah dan berhasil menuntun umat kepada tingkat kesalehan hidup yang tertinggi sejak masa Yosua kira-kira 300 tahun sebelumnya.
Karena Samuel dikenal sebagai orang yang mengutamakan doa dan Firman Allah (I Samuel 7:5-8; 8:6; 12:17; 15:11), maka ia mampu mempersatukan suku-suku Israel, dan menetapkan Kerajaan Israel.
Ia juga meletakkan dasar bagi jabatan kenabian.
Sejak saat itu, para nabi menjadi jabatan yang penting dan mereka digunakan sebagai alat Allah untuk menyampaikan kehendakNya kepada pemerintah dan kepada seluruh umat.

Namun, ketika Samuel telah lanjut usianya, seluruh tua-tua Israel datang kepadanya di Rama dan mengingatkannya bahwa anak-anaknya tak layak menggantikannya sebagai pemimpin.
Karena itu mereka menuntut seorang raja ....seperti pada segala bangsa-bangsa lain (I Samuel 8:5).
Walaupun Musa telah memberi petunjuk mengenai prosedur pemilihan seorang raja (Ulangan 17:14-20), tuntutan mereka ini membuktikan ketidakberimanan bangsa Israel kepada Allah, sebagai satu-satunya Raja mereka yang benar.
Mereka lupa bahwa setelah kematian Eli, Allah telah turun tangan dan mengalahkan bangsa Filistin ketika Samuel berseru kepada Tuhan dalam doa (I Samuel 7:9-13).

Allah berbicara kepada Samuel dan berkata:
Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka (I Samuel 8:7). Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka (I Samuel 8:22).
Allah kemudian menyuruhnya untuk mengurapi Saul sebagai raja.
Saul tampak lebih tinggi dan lebih gagah dari pada setiap orang sebangsanya (I Samuel 9:2), jadi pantaslah bila ia dipilih sebagai raja.
Dan sebagaimana biasanya, kemurahan dan kesabaran Allah jauh melampaui apa yang menjadi harapan: Allah mengubah hatinya menjadi lain ..... Roh Allah berkuasa atasnya (I Samuel 10:6-10).
Tuhan pula menggerakkan orang-orang gagah perkasa untuk ikut pergi dengannya (I Samuel 10:26).

Pemerintahan Saul dimulai dengan kemenangan militer yang spektakuler (I Samuel 11:6-13).
Namun, pada saat Saul telah ditetapkan menjadi raja, kegagalannya dalam mentaati Tuhan secara penuh tampak jelas (I Samuel 15:3,20-21).
Hal ini membuat Samuel harus menegur Saul dengan berkata:
Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja(I Samuel 15:23,26).
Hal ini merupakan titik balik dalam kehidupan Saul, karena kita membaca:
Tetapi Roh Tuhan telah mundur dari pada Saul (I Samuel 16:14).
Karena itu Allah kemudian menyuruh Samuel mengurapi Daud sebagai raja.

Ketika popularitas Daud meningkat, maka timbullah rasa iri dalam hati Raja Saul.
Tiga kali Saul mencoba membunuh Daud.
Karena itu, Daud terpaksa harus selalu bersembunyi sampai Saul terbunuh dalam perang di Gunung Gilboa (pasal 16 - 31).

Kitab I & II Samuel menegaskan kembali bahwa kesetiaan kepada Allah dan FirmanNya selalu membawa keberhasilan dan berkat, sedangkan ketidaktaatan selalu mendatangkan malapetaka (I Samuel 2:30).
Allah mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk mewujudkan maksudNya; Ia senantiasa bertindak demi kebaikan umatNya, baik dalam hal Ia memberkati mereka atau menghukum mereka.
Kitab ini menuntun kita untuk melihat bahwa Allah itu adalah Allah yang benar dan Ia ingin agar anak-anakNya mencerminkan sifatNya.

2 SAMUEL


Kitab II Samuel diawali dengan laporan peristiwa-peristiwa seputar kematian Saul.
Suku Yehuda segera mengangkat Daud sebagai Raja mereka.
Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah.
Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan (II Samuel 5:4-5).
Namun, Abner, kepala pasukan Saul, yang juga adalah saudara sepupu Saul (I Samuel 14:50), mempengaruhi suku-suku yang lain agar mengangkat Isyboset, anak Saul, sebagai raja mereka. Setelah Yoab membunuh Abner, Isyboset dibunuh oleh kedua kepala pasukannya sendiri.
Kemudian seluruh suku yang lain datang kepada Daud dan berkata:
Tuhan telah berfirman kepadamu, Engkaulah yang harus menggembalakan umatKu Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel .... kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel (II Samuel 5:2-3).

Kemenangan pertama Daud sebagai raja Kerajaan yang telah dipersatukan terjadi ketika ia menaklukkan kota Yebus (Yerusalem).
Orang-orang Yebus (Kanaan) telah menguasai kota yang strategis selama ratusan tahun (I Tawarikh 11:4-5).

Setelah kemenangannya itu, Daud memindahkan ibu kotanya dari Hebron ke Yerusalem dan sejak itu ia tinggal di dalam kubu pertahanan Sion (II Samuel 5:7).
Perjanjian tentang Mesias kemudian dinubuatkan kepada Daud oleh nabi Natan yang berkata:
Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya (II Samuel 7:13).
Fakta bahwa Mesias itu akan muncul dari keturunan Daud ditetapkan, dan hal ini ditegaskan kembali oleh nabi Yesaya yang menubuatkan:
Tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya (Yesaya 9:6; 11:1; Yeremia 23:5; Yehezkiel 37:25).

Selama 20 tahun pertama pemerintahannya sebagai raja, Daud mengalahkan bangsa Filistin di sebelah barat, bangsa Aram di utara, bangsa Amon dan Moab di sebelah timur, dan bangsa Edom dan Amalek di sebelah selatan (II Samuel 18 - 10).
Daud tidak pernah mengalami kekalahan.
Rahasia dibalik kemenangan-kemenangan Daud yang ajaib itu adalah karena ia senantiasa mencari dan bertanya kepada Tuhan sebelum berperang menghadapi musuh-musuhnya sehingga ia dikenal sebagai seorang yang berkenan di hati Allah (I Samuel 13:14; bandingkan dengan Kisah 13:22).

Ditengah-tengah masa kemakmuran dan sukses, kita sering diperhadapkan dengan godaan yang besar yang dapat membahayakan kita, dan raja Daud tidak dikecualikan dari hal ini.
Ia terjerat oleh godaan ini ketika ia sedang bersantai di sebuah bilik di atas sambil memandang Batsyeba yang cantik yang sedang mandi.
Hal ini pertama-tama telah membawanya kepada perbuatan zinah dan kemudian ia mengatur siasat bagi kematian suami Batsyeba yaitu Uria itu dalam peperangan.
Namun akhirnya Daud menyesali dan bertobat dari dosa-dosanya itu.
Kita dapat membaca pengakuannya dan penyesalannya itu dalam Mazmur 51.
Namun dosa Daud telah membawa penderitaan pribadi dan penderitaan terhadap bangsa itu selama 20 tahun terakhir pemerintahannya.
Dosa-dosanya memang diampuni, namun sebagaimana terjadi kepada setiap orang, akibat-akibat dosa itu tidak dapat dihindari.

1 RAJA-RAJA


Sebelas pasal pertama dalam kitab I Raja-Raja membahas sekitar pemerintahan Salomo.
Pasal 12 - 22 mencakup kira-kira 80 tahun pertama dari kerajaan yang terbagi.
Selama masa itu, empat raja memerintah Kerajaan Selatan di Yerusalem dan sembilan raja memerintah Kerajaan Utara di Samaria.

Tujuan dari I & II Raja-Raja adalah untuk menunjukkan apabila raja menunjukkan kesetiaan kepada Allah, maka bangsanya akan diberkati; sebaliknya pada saat raja tidak mengindahkan firman Allah, maka bangsanya mengalami kemerosotan dan pada akhirnya ditaklukkan oleh musuh-musuhnya.
Kedua kitab ini menjelaskan berkat-berkat yang diterima akibat kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan, dan hukuman yang ditimpakanNya karena ketidaksetiaan dan ketidaktaatan.

Kitab I Raja-Raja diawali dengan laporan bahwa Daud telah memerintah kira-kira 40 tahun. Sekarang ia telah lanjut usia dan sakit-sakitan.
Adonia, anaknya yang tertua yang masih hidup bersekongkol dengan Yoab, keponakan Daud dan panglima pasukan, dan Abiatar, kepala imam untuk menjadikan dirinya sebagai raja walaupun ia tahu bahwa Allah telah memilih Salomo sebagai pengganti raja Daud (I Raja-Raja 2:15).
Nabi Natan mengingatkan Batsyeba akan persekongkolan ini, dan Natan sendiri menghadap Daud untuk memberitahukannya tentang hal ini.
Daud langsung mengangkat Salomo sebagai raja.

Pesan terakhir Daud kepada Salomo mirip dengan pesan Musa kepada Yosua:
Kuatkanlah hatimu .... Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuanNya supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kau tuju (I Raja-Raja 2:2-3; Yosua 1:7).
Yosua menuruti nasihat Musa, namun Salomo kurang mengindahkan nasihat ayahnya.
Tahun-tahun pertama ia menjadi raja, ia sibuk dengan mengumpulkan kuda-kuda dalam jumlah besar bagi dirinya (I Raja-Raja 4:26).

Pada tahun keempat pemerintahannya (II Tawarikh 3:2), Salomo memulaikan pembangunan Bait Allah (I Raja-Raja 5:5).
Kemudian Allah kembali berfirman kepada Salomo:
Jika engkau hidup menurut segala ketetapanKu dan melakukan segala peraturanKu, dan tetap mengikuti segala perintahKu dan tidak menyimpang daripadanya, maka Aku akan menepati janjiKu kepadamu yang telah Kufirmankan kepada Daud, ayahmu (I Raja-Raja 6:12).

Kemudian, Tuhan sekali lagi menampakkan diri kepada Salomo dengan menyampaikan peringatan yang tegas:
Jika engkau ....tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapanKu ....maka Aku akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan kepada mereka ....dan rumah yang telah Kukuduskan bagi namaKu itu, akan Kubuang dari hadapanKu (I Raja-Raja 9:6-7).
Betapa tragisnya karena walaupun telah diperingatkan berulang kali namun sepanjang kehidupannya, Salomo ternyata tidak setia kepada Firman Allah.
Menjelang akhir empat puluh tahun pemerintahannya, kita membaca:
Tuhan menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada Tuhan (I Raja-Raja 11:9).
Kemudian putusan Allah disampaikan:
Oleh karena begitu kelakuanmu ..... maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu (I Raja-Raja 11:9,11).

Hanya beberapa hari setelah kematian Salomo, kerajaan itu pecah terbagi dua.
Sebagaimana telah dinubuatkan sebelumnya, kesepuluh suku bersatu di bawah pemerintahan Yerobeam, hamba Salomo dan membentuk Kerajaan Utara.
Yerobeam mendirikan dua pusat penyembahan yang baru guna menggantikan Yerusalem - yang satu terletak di Dan di sebelah utara dan yang satunya lagi di Betel di sebelah selatan.
Karena perbuatan-perbuatannya itu, maka ia dikenal sebagai Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa (II Raja-Raja 3:3; 10:29).

Rehabeam, anak Salomo, memerintah suku Yehuda dan Benyamin yang kecil.
Kira-kira 60 tahun setelah terpecahnya kerajaan itu, nabi Elia secara tiba dengan penuh keberanian menghadap Raja Ahab (I Raja-Raja 17:1-22 - II Raja-Raja 2).
Kemudian Elia diikuti oleh Elisa (I Raja-Raja 19:16 - II Raja-Raja 13:15-20).
Keduanya terutama menyampaikan nubuatan-nubuatan mereka di Kerajaan Utara.

Minggu, 20 Februari 2011

2 RAJA-RAJA


Semua raja Yehuda dan Israel tercatat dalam I & II Raja-Raja kecuali Saul.
Dalam laporan awal kitab II Raja-Raja tampaknya hampir seluruh orang-orang Lewi telah meninggalkan Kerajaan Utara karena merajalelanya penyembahan berhala dan mereka kembali ke Bait Allah yang telah ditetapkan Allah di Yerusalem (II Tawarikh 11:13-15).
17 pasal pertama kitab II Raja-Raja terfokus pada pelayanan nabi Elia dan Elisa dan juga menyoroti kemerosotan yang melanda Kerajaan Utara dan Selatan.
Pasal 17 berakhir dengan penawanan dan pembuangan Israel Kerajaan Utara oleh bangsa Asyur. Kemudian delapan pasal yang tersisa membahas tentang situasi Kerajaan Selatan.

Namun dalam pasal terakhir dilaporkan bahwa Yerusalem telah hancur dan Bait Allah yang dibangun oleh Salomo telah hangus terbakar.
Kebanyakan penduduknya telah ditawan dan terserak di seluruh penjuru negeri Babilonia.
Rakyat yang miskin yang diizinkan tinggal juga akhirnya mengungsi ke Mesir, sehingga memaksa nabi Yeremia untuk ikut serta dengan mereka.

Nabi Elia dan Elisa, dan juga Amos, Hosea, dan Yunus, bernubuat di Israel, sedangkan Obaja, Yoel, Yesaya, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, dan Yeremia bernubuat kira-kira bersamaan waktu di Yehuda.
Hamba-hamba Allah ini membeberkan dosa-dosa bangsa itu dan menasihatkan mereka agar membuang berhala-berhala dan kembali menyembah Allah yang benar atau menanggung akibat kehancuran dan hukuman.

Sembilan belas raja memerintah Israel di utara selama kira-kira 245 tahun sepanjang sejarah negeri itu sebagai kerajaan yang terbagi, namun tak ada satupun dari raja-raja negeri ini yang menjadi penyembah Allah yang benar.
Selama 30 tahun terakhir sebelum mengalami kejatuhannya, Kerajaan Utara ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Asyur dan mereka terpaksa harus membayar upeti agar bisa tetap eksis.
Hosea merupakan raja Israel yang kesembilan belas dan yang terakhir setelah ia membunuh Raja Pekah (II Raja-Raja 15:30).

Pada tahun keenam pemerintahan Hosea, Tiglat Pileser, raja Asyur wafat, dan Salmaneser menggantikannya.
Hosea berpikir bahwa perubahan kepemimpinan ini akan memberikan peluang kepadanya untuk memproklamirkan kemerdekaan dan menghentikan pembayaran upeti yang selama ini harus dibayarkan kepada Asyur.
Hosea mengharapkan dukungan dari Mesir untuk mewujudkan rencananya itu.
Namun, Salmaneser, raja Asyur dan pasukannya segera menyerbu ke Samaria pada tahun kesembilan pemerintahan Hosea lalu mengepung negerinya selama tiga tahun.
Samaria akhirnya jatuh dan Hosea ditangkap dan dibelenggu dalam penjara (II Raja-Raja 17:4-6).

Sebagian besar rakyatnya ditawan dan ditempatkan ke berbagai penjuru wilayah Kerajaan Asyur dan bangsa-bangsa lain yang berada di bawah kekuasaan Asyur dipindahkan ke Samaria.
Mereka kemudian kawin mawin dengan orang-orang Israel yang tersisa dan keturunan mereka akhirnya dikenal sebagai bangsa Samaria.

Negeri Yehuda, sebagai Kerajaan Selatan yang wilayahnya lebih kecil juga memiliki 19 raja (II Raja-Raja 18-25).
Ratu Atalya, perampas takhta, bersama Gedalya, yang diangkat sebagai gubernur oleh Nebukadnezar namun terbunuh hanya dua bulan setelah ia memerintah, tak diperhitungkan sebagai pemimpin Yehuda, Kerajaan Selatan (II Raja-Raja 11:1-16; 25:22-25).
Kerajaan Selatan terus eksis selama 500 tahun dan berhasil melampaui keberadaan Kerajaan Utara kira-kira 135 tahun.
Termasuk di dalam periode ini adalah pemerintahan Kerajaan Bersatu oleh Saul, Daud, dan Salomo, yang masing-masing memerintah selama 40 tahun.

Kemurtadan dan penyembahan berhala yang diperkenalkan oleh Salomo melalui para isterinya yang berasal dari bangsa kafir terus menggerogoti kehidupan bangsa itu. Akhirnya, Nebukadnezar, raja Babel, digunakan oleh Allah untuk mendatangkan hukuman kepada bangsa Israel akibat penolakan mereka terhadap FirmanNya (Ulangan 7:1-4).
Demikianlah nubuatan-nubuatan Tuhan digenapi (II Raja-Raja 25:1-21; Yeremia 52:12-27).

1 & 2 TAWARIKH


Kitab II Samuel dan I & II Raja-Raja mencakup kira-kira periode yang sama dalam sejarah sama seperti kitab I & II Tawarikh.
I & II Raja-Raja mencatat sejarah politik Israel dan Yehuda, sedangkan I & II Tawarikh terutama mencatat mengenai sejarah keagamaan Yehuda, Yerusalem, dan Bait Allah dalam hubungannya dengan perjanjian Daud.
Sejarah dari kesepuluh suku di utara yang murtad kurang mendapat perhatian dalam I & II Tawarikh.

Kitab Kejadian sampai II Raja-Raja menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak penciptaan Adam, manusia pertama, sampai kepada masa penawanan Kerajaan Yehuda oleh Babel. I & II Tawarikh mungkin ditulis oleh Ezra setelah berakhirnya penawanan di Babel.
Pasal kedua dari I Tawarikh mencatat tentang keturunan suku Yehuda, yang khusus disoroti karena Mesias yang dijanjikan itu akan muncul dari suku ini (Kejadian 49:8-12).

Kitab I Tawarikh diawali dengan suguhan daftar nama-nama yang terpanjang dalam Alkitab di mana dari segi sejarah, silsilah itu mencakup kira-kira 3,500 tahun (Pasal 1 - 9).
Laporan ini penting karena menelusuri keturunan yang digunakan Allah dalam mewujudkan rencana penebusanNya yang kekal.
Silsilah ini dimulai dengan Adam (I Tawarikh 1:1); kemudian menyoroti Abraham, Ishak, dan keturunannya melalui Yakub; kemudian Yehuda; dan terus kepada Daud, yang melaluinya Mesias itu akan muncul.
Keturunan tokoh-tokoh ini merupakan mata rantai penting yang menelusuri silsilah resmi Kristus melalui Yusuf, sebagaimana tercatat dalam Injil Matius (Matius 1:1-17), dan juga menelusuri nenek moyang Kristus lewat keturunan Daud melalui Maria, seperti yang tercatat dalam Injil Lukas (Lukas 3:23-38).
Banyak nama lagi yang tidak dicantumkan, namun nama-nama yang tercatat ada hubungannya dengan nubuatan-nubuatan tentang Mesias yang dijanjikan.

Silsilah dalam Matius menelusuri daftar nenek moyang Kristus yang sah melalui Yusuf, yang dianggap sebagai ayahNya secara hukum, walau bukan ayahNya secara biologis.
Matius menyebut Yesus Anak Daud, karena melalui keturunannya Mesias yang dijanjikan itu akan muncul (II Samuel 7:12-13; Mazmur 89:3-4; 132:11; Yesaya 11:1; Yeremia 23:5).
Namun silsilah Mesias yang menjadi Pewaris sah takhta Daud adalah Yesus, yang ditelusuri melalui Maria, sebagaimana tercatat dalam Injil Lukas.
Silsilah Mesias ini menyebut tentang Daud, lalu kepada Natan, saudara Salomo.
Keturunan Salomo melalui Konya tidak disebut (II Samuel 5:14; I Tawarikh 3:5; 14:4; Lukas 3:31). Orang-orang Yahudi tahu bahwa Abraham, bapa atau nenek moyang mereka, telah menerima perjanjian dari Tuhan.
Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3; 18:18; 22:18).
Karena itu baik pada silsilah Yusuf dalam Matius dan silsilah Maria dalam Lukas, Abraham dan Daud tercantum di dalamnya.

Peperangan terakhir Saul dan kematiannya disebutkan dalam fasal sepuluh kitab I Tawarikh.
Pasal-pasal yang tersisa (11 - 29) membicarakan tentang pemerintahan Daud yang berakhir dengan kematiannya.

Kitab II Tawarikh melanjutkan sejarah keturunan Daud yang dimulai dengan pemerintahan Salomo. Kitab ini mencatat tentang pembagian kerajan di bawah Rehabeam, anak Salomo, termasuk sejarah Yehuda, di selatan, sampai kepada penawanan mereka ke Babel.
Ayat-ayat terakhir mencatat tentang pengumuman Koresy, yang mendorong orang-orang Yahudi untuk kembali ke Yerusalem, sebagaimana dinubuatkan oleh Yeremia (II Tawarikh 36:22-23; Yeremia 29:10-14).

Tak ada nabi yang menjadi terkenal selama 40 tahun pemerintahan Salomo.
Sebagian besar isi sembilan pasal pertama dalam kitab II Tawarikh menceritakan tentang pembangunan Bait Allah di atas Bukit Moria di Yerusalem (II Tawarikh 3:1).
Bait Allah itu dibangun menurut pola Kemah Suci (pasal 3 - 4).
Bait Allah itu selesai dan ditahbiskan bagi Allah pada tahun ke 11 pemerintahan Salomo (pasal 5; bandingkan I Raja-Raja 6:38).

Pasal-pasal tersisa dari kitab II Tawarikh mencatat mengenai kemerosotan moral dan spiritual bangsa akibat dosa Salomo (II Raja-Raja 11:9-11).
Kitab ini diakhiri dengan laporan tentang kejatuhan Yerusalem dan kehancuran bait Allah Salomo (pasal 10 - 36).

EZRA


Kitab Ezra mencakup sejarah orang-orang Yahudi sejak Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan melepaskan mereka dari penawanan di Babel untuk memulihkan Bait Allah di bawah kepemimpinan Zerubabel sampai kembalinya Ezra ke Yerusalem.

Setelah Darius orang Media, bupati di bawah Raja Koresy dari Persia, menaklukkan Babilon, ibu kota Kerjaaan Babel, ia mengangkat Daniel sebagai salah satu dari tiga pembesar kerajaan itu dan menunjukknya sebagai pengawas atas 120 wakil-wakil raja yang tersebar di seluruh kerajaannya (Daniel 6:1-2).
Ketika Koresy menaklukkan kota Babel itu, Daniel, yang kira-kira berusia 90 tahun, mungkin menunjukkan kepada penguasa yang baru itu bahwa namanya telah tercantum dalam Kitab Yesaya yang ditulis kira-kira 200 tahun sebelum ia dilahirkan. Selain itu, memang Yesaya juga telah menubuatkan:
Koresy ..... mengatakan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya! (Yesaya 44:28).
Koresy pasti sangat terkesan menyaksikan bahwa seluk beluk mengenai penaklukkannya atas kota Babilonia dan kemenangannya atas Belsyazar juga telah dinubuatkan.

Tuhan menggerakkan hati Koresy, raja Persia itu, dan ia mendorong orang-orang Yahudi agar berangkat pulang ke Yerusalem .... dan mendirikan rumah Tuhan, Allah Israel (Ezra 1:1-3).

Sebagian besar dari generasi orang-orang Israel yang lebih tua, yang diangkut ke dalam penawanan oleh Nebukadnezar, telah meninggal pada waktu itu. Generasi orang-orang Yahudi yang baru, yang dibesarkan di negeri tempat mereka ditawan, agak enggan untuk kembali ke negeri asal mereka yang belum pernah mereka lihat.
Namun, sekelompok kecil dari tawanan-tawanan yang terdahulu itu akhirnya kembali ke Yerusalem. Ezra mencatat bahwa ekspedisi pertama terdiri dari 42,360 orang Yahudi dan 7,337 budak yang dipimpin oleh Zerubabel, cucu Raja Konya (yang juga disebut Yoyakhin) (Ezra 2:2,64-65; I Tawarikh 3:17-19).

Setelah tiba di Yerusalem, para tawanan yang kembali itu mendirikan mezbah dan memperingati Hari Raya Kemah (Pondok Daun) untuk pertama kalinya sejak pemerintahan Raja Yosia (II Raja-Raja 23:21-23).
Sejak kembalinya mereka, mereka berhasil mengerjakan dan menyelesaikan peletakan fondasi Bait Allah selama kira-kira dua tahun, setelah itu pekerjaannya terhenti akibat tantangan serta berbagai hambatan dari para musuh (Ezra 4).

Kira-kira 15 tahun kemudian, karena terdorong oleh pemberitaan Firman Allah oleh nabi Hagai dan Zakharia, seperti tercantum dalam kitab-kita nabi-nabi itu sendiri, orang-orang Yahudi kembali membangun rumah Allah itu (Ezra 5:2).
Kali ini mereka berhasil menyelesaikannnya dalam kira-kira lima tahun, walaupun mengalami banyak tantangan serta hambatan (pasal 5 - 6).
Di antara pasal 6 dan 7 terdapat selang waktu kira-kira 60 tahun.
Peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam Kitab Ester mungkin terjadi selama periode itu, dan juga peristiwa kematian Zerubabel, Hagai dan Zakharia.

pasal 7 - 10 mencatat mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi kira-kira 80 tahun setelah ekspedisi Zerubabel.
Pada tahun ketujuh zaman raja Artahsasta, Ezra mendapat surat tugas dari raja untuk memimpin orang-orang Yahudi yang tersisa agar kembali ke Yerusalem dengan berpedoman kepada hukum Allahmu...... Segala sesuatu yang berdasarkan perintah Allah ... haruslah dilaksanakan dengan tekun (Ezra 7:7,11-14,23).
Pada waktu itu, Ezra memimpin kira-kira 1,800 orang laki-laki, ditambah wanita dan anak-anak, yang seluruhnya berjumlah kira-kira 5,000 orang yang berangkat dari Babel ke Yerusalem (Ezra 7:28-8:31).
Kitab ini mengungkapkan tentang bagaimana Allah dapat menggunakan orang, termasuk para pemimpin dari bangsa kafir sekalipun untuk melaksanakan maksud-maksudNya.

NEHEMIA


Nehemia termasuk dalam kelompok orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan di Babel yang dibesarkan di Persia setelah Koresy memberikan kebebasan kepada mereka.
Nehemia telah mendapat kedudukan yang terhormat sebagai pengangkat anggur bagi raja Artahsasta, raja Kerajaan Persia.
Ini merupakan jabatan kepercayaan dan tanggung jawab yang besar.
Tidak banyak orang dalam kerajaan itu yang memiliki hubungan yang sangat akrab dengan raja seperti seorang yang menjabat sebagai pengangkat anggur bagi raja (I Raja-Raja 10:5; II Tawarikh 9:4).

Nehemia menerima laporan mengenai kemelaratan jasmani dan rohani yang melanda Yerusalem dan hatinya menjadi sedih mendengar keadaan itu.
Karena itu Ezra duduk menangis dan berkabung selama beberapa hari dan Ia berpuasa dan berdoa kepada hadirat Allah (Nehemia 1:4).
Doa-doa Nehemia itu mengakibatkan raja Persia memberikan izin kepadanya untuk berangkat dan sekali gus mengangkatnya sebagai gubernur Yehuda, serta mengaruniakan kepadanya kekuasaan untuk membangun kembali tembok kota itu (Nehemia 2:5-7; 5:14).

Nehemia memahami akan Firman Allah dan secara rohani ia telah siap untuk memulihkan kembali penyembahan kepada Allah di Yeruselem.
Kedudukannya yang terhormat, kesenangan pribadi dan jaminan materi baginya tidak sepenting seperti kasihnya kepada Allah yang benar dan keprihatinannya terhadap keadaan umat yang berada di Yerusalem.

Ketika Nehemia tiba di Yerusalem, ia melayani bersama-sama dengan Ezra dalam menghadapi berbagai tantangan serta hambatan yang datang dari para musuh di sekliling mereka yang berusaha mematahkan semangat mereka.

Memulihkan tembok yang telah hancur, yang sebelumnya berfungsi melindungi Yerusalem dari gerombolan perampok mejadi perhatiannya yang terutama.
Orang-orang Israel telah tinggal di tengah-tengah puing reruntuhan sejak Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem kira-kira 140 tahun sebelumnya (II Raja-Raja 25:8-11).
Orang-orang Yahudi yang tersisa tidak bisa merasakan ketenangan karena mereka tidak dilindungi oleh tembok yang berfungsi menghambat serangan musuh-musuh.
Ancaman serangan musuh itu datang dari bangsa-bangsa di sekitar mereka yang mudah sekali menyusup masuk untuk menjarah hasil pertanian atau harta benda mereka.

Bahkan beberapa dari pemuka-pemuka di Yerusalem pun tidak mau bekerja sama dengan Nehemia (Nehemia 2:19; 3:5; 4:1-12).
Dalam menghadapi berbagai bahaya yang mengancam itu (Nehemia 4:12-23; 6:2-4,10-13), Nehemia tetap mengandalkan doa dan iman kepada Allah dalam memimpin orang banyak untuk menyelesaikan pembangunan tembok yang berhasil dikerjakan dalam waktu yang singkat yang mencakup kira-kira 52 hari saja (Nehemia 6:15).

Setelah tembok itu selesai dikerjakan, seluruh rakyat meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa .......membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu ....... lalu orang-orang Lewi mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu (Nehemia 8:1,3,8). Keesokan harinya para pemuka masyarakat kembali datang kepada Ezra untuk meminta penjelasan mengenai kalimat-kalimat Taurat itu (Nehemia 8:14).
Kegiatan-kegiatan ini diakhiri dengan peringatan Hari Raya Pondok Daun di mana pada hari itu diadakan doa, pengakuan, puasa dan pemulihan ikatan perjanjian dengan Tuhan Allah mereka (Nehemia 10:29).

Setelah tembok Yerusalem itu ditahbiskan oleh Ezra dan Nehemia (Nehemia 12:27-43), Nehemia terus menjabat sebagai gubernur Yehuda yang berkedudukan di Yerusalem selama kira-kira 12 tahun dan kemudian ia kembali mengadakan kunjungan singkat ke pengadilan Persia (Nehemia 5:14).
Selama kepergian Nehemia dari Yerusaelm, Firman Allah kembali dilalaikan yang mengakibatkan merajalelanya korupsi dan perbuatan jahat (Nehemia 13:6).
Namun, ketika Nehemia kembali, ia sekali lagi dengan gigih dan penuh semangat mengajak bangsa itu untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan membaharui kembali hubungan perjanjian mereka dengan Allah, serta memulihkan penyembahan yang benar kepada Tuhan (Nehemia 13:7-31).

Nehemia dan Ezra kedua-duanya sangat giat dalam memberitakan Firman Allah kepada orang banyak, dan membimbing mereka agar dapat menerapkannya ke dalam kehidupan mereka (Nehemia 8:8,13,18; 13:1-30).
Ketaatan hamba-hamba Allah ini harus mengilhami kita agar kita pun terbeban untuk menolong orang-orang Kristen yang lain dalam memahami Firman Allah, yang merupakan satu-satunya sumber pimpinan dan jawaban kepada doa-doa kita dan berkat-berkat Allah.

ESTER


Sebagian dari Kitab Ester mencakup periode kira-kira 10 sampai 15 tahun sejarah keturunan orang-orang Yahudi yang tinggal di Persia setelah 70 tahun mereka mengalami penawanan. Peristiwa-peristiwa dalam kitab ini kemungkinan terjadi di antara pasal enam dan tujuh kitab Ezra dan mungkin terjadi kira-kira 40 tahun setelah Bait Allah dibangun kembali (Ezra 3:10; 5:14-15), dan kira-kira 30 tahun sebelum tembok Yerusalem dibangun kembali (Nehemia 6:15). Kemungkinan besar Ester, yang sekarang telah menjadi ibu suri, telah digunakan Allah untuk menyiapkan jalan bagi Nehemia, rekan tawanannya, untuk menjabat sebagai pengangkat anggur bagi Raja Artahsasta I, yang adalah anak tirinya.
Jabatan dan hubungannya dengan raja telah memungkinkan bagi Nehemia untuk membangun kembali tembok dan melaksanakan tugas-tugasnya di Yerusalem.

Ketika bangsa Persia mengalahkan Raja Belsyazar dan Kerajaan Babel, semua orang Yahudi dinasihatkan oleh Raja Koresy untuk kembali ke Yerusalem guna membangun kembali Bait Allah (Ezra 1:1-4).
Namun, sebagian besar orang Yahudi, yang adalah keturunan mereka yang pertama ditawan ke Babel, telah tinggal di sana selama 50-70 tahun dan mereka belum pernah melihat Tanah Perjanjian itu. Walaupun sekarang mereka telah bebas dari kekuasaan Babel, namun sebagian besar dari mereka lebih senang tinggal di Kerajaan Persia yang ramah dan makmur dari pada meninggalkan Babel dan menanggung banyak penderitaan dalam perjalanan yang panjang yang akan mereka tempuh menuju Yerusalem yang tinggal puing reruntuhan.

Ahasyweros (Ester 1:1) adalah nama Ibrani bagi Raja Persia yang memerintah dari 486 - 465 S.M. Namanya dalam bahasa Yunani adalah Xerxes.
Dalam perjamuan yang dinyatakan pada awal Kitab Ester, tampaknya ia menyusun rencana untuk memerangi kerajaan Yunani, yang akhirnya membawa kekalahan baginya.
Ahasyweros memerintah di Susan (Susa), yang terletak di wilayah Iran sekarang dekat perbatasan dengan Irak.
Pemerintahan dari Artahsasta I, putranya, tercatat dalam Ezra 7 - 10 dan Nehemia 1 - 13.

Walaupun kuasa dan pemeliharaan Allah jelas nyata sepanjang kitab ini, namun nama Allah tidak pernah disebutkan walau sekalipun.
Tujuan dari kitab Ester, Ezra dan Nehemia adalah untuk menyatakan bahwa tak ada situasi yang harus membuat kita putus asa dan karena Allah sanggup mengatasi segala musuh kita.
Allah akan menggenapi segala hal yang menyangkut kehendakNya, di dalam dan melalui kehidupan umatNya, walaupun umat Allah itu tergolong minoritas yang tidak berdaya yang dikelilingi oleh orang-orang yang jahat.

Seluruh peristiwa dalam Kitab ini membuktikan tentang pengendalian dan pemeliharaan Allah bagi umatNya.
Allah itu Mahakuasa, Maha tahu, dan Mahahadir. Ia adalah Tuhan, Allah segala makhluk, tidak ada sesuatupun yang mustahil bagiNya (Yeremia 32:27).
Bahkan kalaupun semua manusia membelakangiNya, Tuhan dapat berbicara melalui keledai sebagaimana yang Ia pernah lakukan kepada Bileam (Bilangan 22:28-31).
Atau, apabila umat tidak mau berseru kepadaNya, Ia dapat membuat batu-batu berseru kepadaNya (Lukas 19:40) sebagaimana dikatakan oleh Yesus kepada para pengeritikNya.
Walaupun Ia tidak membutuhkan pertolongan, namun Ia bisa saja mendatangkan lebih dari dua belas pasukan malaikat (Matius 26:53).
Namun, Allah telah berkenan menggunakan para hamba pilihanNya untuk melaksanakan kehendakNya - yaitu mereka yang benar-benar berserah kepadaNya.

Hal berpuasa, termasuk doa, yang merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan, telah membawa perlindungan bagi umat Allah.
Melalui Mordekhai dan Ester, hamba- hambaNya, Tuhan menggenapi rencanaNya bagi umatNya dan melindungi garis keturunan Mesias itu (Ester 4:3-4,16-17).

Doa yang bersungguh-sungguh sebagaimana yang diucapkan oleh Mordekhai - yang melolong-lolong dengan nyaring dan pedih (Ester 4:1) -- senantiasa diikuti dengan berpuasa, sebagai cara untuk datang dan mendekati Tuhan dan menghindarkan diri dari segala keinginan duniawi dan hawa nafsu daging (bandingkan Yesaya 58:1-14; Daniel 9:3-19; 10:2-3; Matius 17:21; Markus 9:29).

AYUB


Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyatakan penghargaan yang sangat tinggi terhadap tokoh yang bernama Ayub.
Allah sendiri menyamakan kebenaran Ayub dengan Nuh dan Daniel:
Kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu ..... Aku ... mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu manusia dan binatang .... Biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan Allah (Yehezkiel 14:13-14,16,18,20).
Dalam Perjanjian Baru tertulis:
Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya (Yakobus 5:11).
Kalimat-kalimat ini membuktikan tanpa keraguan bahwa memang ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub (Ayub 1:1).

Tanah Us itu tidak dijelaskan secara tepat lokasinya, namun berdasarkan Kejadian 10:23 dan Kejadian 22:20-22 kita menduga bahwa tanah itu berada di wilayah sebelah timur Israel dekat dengan padang gurun Arab atau mungkin di sekitar daerah Edom, sebelah tenggara Israel.
Us itu terletak di wilayah suku Teman, Suah, dan Naama dan Bus (Ayub 2:11; 32:2).
Juga tanah itu tidak jauh dari wilayah orang Syeba dan Kasdim (Ayub 1:15,17).
Lokasinya yang tepat tidaklah penting, melainkan yang lebih penting adalah pelajaran rohani tentang perlunya memahami dan menerima situasi yang malang atau penderitaan sebagai sesuatu yang tetap relevan dan dapat dikenakan bagi setiap zaman.

Kitab ini diawali dengan sejarah singkat mengenai seorang saleh yang berdoa yang bernama Ayub yang dijelaskan oleh Alkitab sebagai orang yang jujur dan takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1; 2:3).
Juga ia adalah orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:3).
Dalam dua pasal yang pertama, kita membaca mengenai tuduhan Iblis terhadap Ayub dan pengalaman pahit yang Allah izinkan berlaku bagi Ayub.
Ujian-ujian terhadap Ayub menjadi teladan bagi kita tentang bagaimana seorang yang beriman tetap berserah kepada hikmat Allah yang maha kuasa.
Kitapun dapat berserah kepadaNya untuk mengatasi setiap permasalahan yang kita hadapi.

Di dalam Kitab Ayub, kita melihat alasan-alasan yang dikemukakan oleh Allah, Setan, Ayub, isterinya, ketiga sahabatnya, dan Elihu.
Pada saat anda membaca pasal demi pasal dalam kitab ini, perhatikan dengan saksama perbedaan antara hikmat Ayub yang saleh dan argumentasi-argumentasi yang bermaksud baik, namun keliru atau setengah benar, bahkan menyesatkan yang dikemukakan oleh sahabat-sahabat Ayub.
Allah sangat menghargai Ayub karena ia berbicara tentang kebenaran, sedangkan sahabat-sahabat Ayub mengemukakan hal-hal yang jauh atau telah menyimpang dari kebenaran (Ayub 42:7).

Allah menghargai Ayub sebagai orang yang memiliki pengetahuan rohani, integritas dan kesetiaan. Namun, Setan selalu menyuguhkan hal-hal yang bohong mengenai orang Kristen, bahkan sampai menggunakan Yudas dan para pemimpin agama pada masa itu untuk mengkhianati dan menyalibkan Anak Allah.
Tidaklah mengherankan bila ketiga sahabat Ayub memiliki pandangan yang keliru dan menuduh Ayub sebagai orang berdosa yang dalam keadaan bingung dan kalut.

Kitab ini membeberkan Setan sebagai penyebab segala penderitaan, dengan segala upayanya yang gigih untuk membohongi setiap orang mengenai siapa yang seharusnya disalahkan untuk segala penderitaan yang menimpa manusia.
Dengan cara ini ia berusaha merongrong kesetiaan dan kasih kita kepada Allah.
Nasihat-nasihat dari sahabat-sahabat Ayub yang beragama serta dari Elihu membuktikan betapa menipu dan tak dapat dipercaya logika manusia itu.
Jawaban-jawaban yang benar dan yang paling memuaskan terhadap kebutuhan-kebutuhan kita terdapat di dalam Kitab Suci yang tidak mungkin salah, yang bersumber dari Allah Pencipta yang Maha tahu.

Anda akan memperhatikan dalam bacaan setiap hari bukan saja mengenai penderitaan Ayub yang hebat, melainkan juga perkembangan pemahaman rohaninya.
Pada pasal-pasal terakhir (Ayub 38-42), Allah membekali Ayub dengan pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai Allah dan dunia ciptaanNya ini.
Dalam pasal terakhir, Allah sekali lagi menegaskan dan menghapus keragu-raguan kita mengenai kebenaran Ayub dalam sepanjang ujian yang harus dilaluinya (Ayub 1:1,8,22; 2:10; 42:7-8).

MAZMUR


Kitab Mazmur merupakan kitab yang terpanjang dalam Alkitab.
Roh Kudus, yang menggerakkan Daud untuk menulis kira-kira 70 dari 150 mazmur, adalah sebenarnya merupakan penulis kitab ini.
Yesus bukan saja mendasarkan suatu argumentasi yang penting tentang keabsahan Mazmur 110 melainkan menguatkan pengilhamannya oleh Roh Kudus ketika Ia berkata:
Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata,
Tuhan telah berfirman kepada Tuanku; duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu (Markus 12:36).

Para penulis lainnya yang mendapat ilham untuk menulis mazmur adalah Musa, Salomo, Asaf, Etan, Heman, dan anak-anak Korah.
Penulis dari kira-kira 50 mazmur dalam kitab ini tidak diketahui dengan pasti.
Kebanyakan dari mazmur-mazmur ini adalah nyanyian-nyanyian yang mengungkapkan pujian dan syukur atas kasih dan kesetiaan Sang Pencipta kita.
Memang merupakan rencana Allah bagi kita untuk memuji Dia melalui nyanyian, sebagaimana Ia berkata:
Bersorak-soraklah bagi Tuhan (Mazmur 100:1).
Dalam kelima mazmur terakhir masing-masing diawali dan diakhiri dengan perkataan:
Pujilah Tuhan, yang adalah terjemahan dari istilah Ibrani Haleluya.
Nada pikiran pemazmur sering beralih dari perasaan gagal kepada keceriaan.
Mazmur-mazmur ini mengajar kita untuk mengampuni dan menerima diri kita dan orang-orang lain, serta mengungkapkan syukur kepada Allah kita atas keampunan, kesembuhan, dan pemulihan kita.

Mazmur-mazmur ini juga mengungkapkan doa-doa permohonan untuk kemurahan dan pertolongan serta penyerahan dan kepercayaan.
Namun hal lain yang menonjol dalam kitab Mazmur adalah penghargaan tinggi yang diberikan kepada Kitab Suci itu sendiri:
Kaubuat namaMu dan janjiMu melebihi segala sesuatu (Mazmur 138:2).
Allah telah mengangkat FirmanNya mengatasi segala sesuatu yang lain.
Jadi dalam hal ini jelas bahwa Kitab Suci itu sangat penting, dan sikap mengabaikan FirmanNya pada hakekatnya merupakan penghinaan kepada Allah.
Pentingnya Kitab Suci itu disebutkan sekurang-kurangnya 170 kali, di dalam 176 ayat dalam Mazmur 119, terkecuali tiga ayat.

Mazmur-mazmur ini mengungkapkan pikiran orang yang rindu menyembah dan memuji Bapa Sorgawi kita, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.

Walaupun ditulis seribu tahun sebelum kelahiran Yesus, banyak mazmur-mazmur yang menunjuk kepada Mesias -- mengenai kelahiran, kehidupan, pengkhianatan, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikanNya.
Mazmur-mazmur berikut ini berbicara tentang Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru: 2, 8, 16, 22, 40, 41, 45, 68, 69, 89, 102, 109, 110, 118.
Dalam mazmur 2, Mesias itu adalah Anak Allah yang harus disembah;
mazmur 16:10-11 menyatakan tentang kebangkitanNya,
mazmur 22 tentang penderitaanNya,
dan mazmur 40 tentang pengorbananNya;
dalam mazmur 45:6 Mesias itu adalah Allah;
dalam mazmur 89 Ia adalah Oknum yang dijanjikan untuk menggenapi perjanjian Allah dengan Daud; dan dalam mazmur 110 Ia adalah Imam-Raja dan Tuhan dari Daud.
Setelah kebangkitanNya, Yesus membuka mata para muridNya sehingga mereka melihat Dia di dalam Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (Lukas 24:27,44), yang berarti seluruh Perjanjian Lama.
Ini berarti bahwa orang yang hanya mau membaca Perjanjian Baru saja telah membatasi pengetahuannya tentang Kristus dan kehendakNya bagi kehidupannya.

Mazmur-mazmur ini memberikan pengetahuan yang dalam mengenai ajaran-ajaran mendasar dalam Alkitab, seperti mengenai Allah sebagai Pencipta dunia ini dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (Mazmur 8:3-9; 90:1-2; 104:1-32) dan bahwa Ia adalah Oknum yang mengenal setiap pikiran kita (Mazmur 139:1-18,23-24).
Mazmur-mazmur ini juga menjelaskan perbedaan antara dosa dan kebenaran dan menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya sikap kita terhadap penderitaan dan pergumulan yang kita hadapi setiap hari.
Perkataan benar dan kebenaran digunakan kira-kira 130 kali.
Perkataan dosa, kesalahan, dan kejahatan ditemukan lebih dari 100 kali yang menyatakan tentang peperangan rohani yang harus kita hadapi setiap hari melawan tipu daya Iblis.

Mazmur-mazmur tentang hukuman terhadap orang-orang fasik mengajarkan bahwa dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan kekuasaanNya.
Ketika Roh Allah memimpin para pemazmur untuk berbicara tentang pembalasan atau hukuman atas orang fasik, yang dimaksud bukan pembalasan pribadi melainkan ungkapan tentang kehendak Allah mengenai segala bentuk ketidakadilan dan janji bahwa dosa pada akhirnya akan dihukum:
Pembalasan itu adalah hakKu, .... demikianlah firman Tuhan (Roma 12:19).

Berbeda dengan Allah yang mutlak sempurna, manusia dinyatakan telah lahir dalam dosa dan karena itu membutuhkan seorang Penebus.

Dalam khotbahnya pada Hari Pentakosta, Petrus mengutip dari kitab Mazmur untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias (Kisah 2:25; Mazmur 16:8-11).

AMSAL


Salomo menggubah tiga ribu amsal (I Raja-Raja 4:32).
Namun hikmat yang terkandung di dalam amsal-amsal itu berasal dari Allah.
Hikmat itu dimulai dengan takut akan Tuhan (Amsal 1:7).
Sikap takut atau hormat ini merupakan permulaan hikmat ..... dan permulaan pengertian (Amsal 9:10) dan menyangkut setiap aspek kehidupan -- jasmani, moral, spiritual, keuangan, politik dan sosial.
Apabila perhatian utama kita adalah kasih, kesetiaan, dan pelayanan kepada Tuhan, maka kita akan sangat bersyukur untuk amsal-amsal ini yang akan menolong mengarahkan kehidupan kita.
Karena hanya orang bodoh menghina hikmat dan didikan dari Tuhan(Amsal 1:7).

Kesetiaan yang didasari kasih akan mengakibatkan penyerahan penuh kepada FirmanNya dan akan menghindarkan kita dari sikap tidak mengandalkan pandangan-pandangan orang banyak (Amsal 3:5-6). Hikmat itu pada hakekatnya adalah sifat Allah Pencipta kita dan kita membutuhkan hikmatNya untuk dapat menjalani dan menikmati kehidupan yang berarti.
Perbedaan mendasar di antara orang berhikmat dan orang bodoh terlihat di dalam penggunaan mereka terhadap waktu, talenta dan harta benda yang dipercayakan kepada mereka.

Kita semua berada di salah satu jalan di dalam kita harus menempuh perjalanan mengarungi hidup ini.
Jalan yang ditempuh orang yang berhikmat akan membawa kebahagiaan, kepuasan, damai, dan hidup kekal; sedangkan jalan lebar yang ditempuh orang bodoh pada akhirnya akan mengakibatkan tipuan, kekecewaan, dan akhirnya neraka atyau kebinasaan yang kekal.

Penyembahan yang benar itu bersifat ke dalam dan keluar.
Penyembahan eksternal -- berupa nyanyian-nyanyian yang kita lagukan dan kata-kata yang kita ucapkan -- seharusnya merupakan ekspresi keluar dari apa yang ada di dalam hati kita (Amsal 17:3).
Ketidakkonsistenan dalam bidang-bidang ini merupakan kemunafikan dan kejijikan kepada Allah (Amsal 11:20; 15:8).
Ketika kita berdosa, kita harus mengakui kesalahan kita, berdoa untuk pengampunan, dan tunduk kepada didikan (disiplin, koreksi) Tuhan (Amsal 3:11).

Beberapa dari bidang-bidang yang ditegaskan dalam kitab ini adalah :

01. Pergaulan jahat harus dijauhi (Amsal 1:10-18; 13:20).

02. Tamak itu suatu kejahatan yang dahsyat dan keuntungannya tidak akan bertahan lama (Amsal 1:19; 23:4-5; 28:20).

03. Zinah, homoseksual, dan semua dosa-dosa seksual merupakan kejijikan (Amsal 2:16-19; 5; 6:23-35; 7; 9:13-18; 22:14).

04.Berupaya hidup dalam damai dengan sesama kita (Amsal 3:28-30; 17:13); bandingkan: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18).

05. Kemalasan akan selalu menghancurkan peluang-peluang seseorang (Amsal 6:6-11; 13:4; 15:19).

06. Lidah kita harus dikendalikan karena merupakan alat kehidupan dan kematian (Amsal 13:3; 18:21; 21:23).

07. Carilah orang-orang berhikmat sebagai sahabat dan hindarilah orang-orang yang bodoh (Amsal 9).

08. Membeberkan kesalahan dan kegagalan orang lain harus dihindari oleh karena kita akan selalu menuai apa yang kita tabur (Amsal 10:12; bandingkan Galatia 6:7).

09. Kejujuran dalam setiap transaksi harus terus dipelihara (Amsal 11:1; 20:14,28; 21:6).

10. Keangkuhan dan mencari pujian diri sendiri adalah musuh-musuh hikmat (Amsal 12:9; 13:10; 16:5,18-19; 21:4).

11. Kita harus menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang tertindas, memberikan kekuatan kepada yang lemah, dan membantu orang-orang yang miskin (Amsal 3:27;12:25;14:31;16:24).

12. Orang berhikmat memandang kehidupan ini sebagai peluang untuk melaksanakan kehendak Allah, sedangkan orang yang bodoh melihat kehidupan ini sebagai peluang untuk memuaskan keinginan dirinya (Amsal 13:7; 23:1,20-21,29-32).

13. Dengki dan kemarahan selalu menghancurkan diri sendiri (Amsal 14:17,30; 15:1).

14. Peringatan-peringatan mengenai bahaya-bahaya dan tipu daya minuman keras harus diindahkan (Amsal 20:1; 21:17; 23:30-32; 31:4-5).

Kitab Amsal mengajarkan bahwa keberadaan yang berarti dan sejati merupakan akibat dari hubungan yang benar dengan Allah sebagaimana dinyatakan dalam FirmanNya. Kitab ini diakhiri dengan penegasan kembali bahwa orang yang takut akan Tuhan akan dipuji (Amsal 31:30).

PENGKHOTBAH


Penulis kitab Pengkhotbah memperkenalkan dirinya sebagai anak Daud, Raja di Yerusalem (Pengkhotbah 1:1), dan juga kita membaca:
Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem (Pengkhotbah 1:12).
Salomo menyebutkan mengenai 27 hasil karyanya selama hidupnya dan ia mengatakan:
Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku bersukacita (kesenangan jasmani) karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku (Pengkhotbah 2:10).
Selama waktu pemerintahannya itu, ia banyak melanggar Firman Allah dengan mengumpulkan banyak kuda, menumpuk kekayaan, dan banyak isteri (Ulangan 17:16-17).
Namun kembali ia mengaku: Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan .... segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin ... aku membenci hidup (Pengkhotbah 2:11,17).

Salomo berulang kali menggunakan ungkapan:
Segala sesuatu adalah kesia-siaan.
Istilah kesia-siaan menunjuk kepada sesuatu yang sifatnya sementara, yang akan hilang dan tak berharga dan tidak akan bertahan lama.
Salomo mengakui bahwa segala hal yang telah dikerjakannya, seperti segala kemewahannya, kekayaannya, dan isteri-isterinya, semuanya tak dapat memuaskannya.

Kekayaan Salomo memang tak terbatas karena ia telah mewarisi harta dan kekuasaan yang sangat besar dari Daud, ayahnya.
Namun ia ternyata tidak hidup menurut kehendak Allah.
Pada akhir 40 tahun pemerintahannya, kerajaannya menjadi bobrok dan akibat penindasan yang dikenakannya terhadap bangsanya sendiri dengan pajak yang sangat memberatkan sehingga bangsanya telah berencana untuk memberontak terhadapnya.

Salomo menoleh ke belakang kepada kehidupannya menjadi teladan yang malang yang tak pantas ditiru oleh orang-orang lain.
Ia memang sering berbicara mengenai perlunya mencari hikmat, namun hikmat yang ia maksudkan adalah hikmat dunia, di luar Allah dan di luar FirmanNya sebagaimana telah diperintahkan Allah bagi semua raja-raja (Ulangan 17:18-20).

Setelah menjalani kehidupannya dalam kesia-siaan, Salomo menyimpulkan bahwa seseorang adalah bodoh apabila ia berpikir bahwa ia dapat beroleh kesenangan dan kepuasan melalui berbagai usaha-usaha, kemampuan-kemampuan, ambisi dan kekayaannya sendiri.
Ia telah menjelaskan mengenai apa yang telah berlaku di dalam kehidupannya sesuai dengan pimpinan Roh Kudus dan ia menyimpulkan:
Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi (Pengkhotbah 4:13).

Salomo menyebutkan orang jahat atau fasik sebagai orang yang bodoh.
Namun ia juga mengamati bahwa banyak orang-orang beragama pun memasuki Rumah Allah tanpa rasa hormat, dan mereka menaikkan doa-doa yang panjang tanpa kesungguhan hati, dan mengucapkan sumpah janji yang kemudian cepat dilupakan (Pengkhotbah 5:1-7).

Salomo akhirnya datang kepada kesimpulan bahwa apapun karunia, talenta, kemampuan dan peluang serta harta milik seseorang tak akan dapat memuaskannya karena manusia selalu ingin memperoleh lebih dari apa yang ia telah miliki (Pengkhotbah 5:10-20; 6:1-9).
Ketidakpuasan akan senantiasa ada karena memang seluruh harta milik kita sebenarnya adalah milik Allah dan hanya Dialah yang dapat memberi kepuasan yang kekal apabila kita menggunakan segala apa yang telah Allah berikan bagi kemuliaan dan hormatNya.
Seluruh kehidupan ini pada hakekatnya hanya memiliki satu tujuan -- memuliakan Allah.
Bagi kita tentu saja ini berarti bahwa kehidupan kita harus menjadi sebagaimana yang Allah inginkan dan kita perlu mewujudkan tujuan penciptaanNya atas kita (Yohanes 12:25-26; Roma 12:1-2; I Korintus 6:20).

Ketika Salomo menyatakan:
Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu (Pengkhotbah 11:9), maka sebenarnya ia menyampaikan apa yang telah ia lakukan dalam sepanjang hidupnya.
Apabila kita tidak membaca kelanjutan beritanya ini, maka akan terkesan bahwa ia mendorong orang-orang muda untuk terus mengejar kepuasam hawa nafsu dan kesenangan jasmani.
Namun, sebagai raja tua yang bodoh (Pengkhotbah 4:13), ia selanjutnya mengingatkan:
Tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan (Pengkhotbah 11:9; 8:6).

Setelah berupaya mencari untuk menemukan arti kehidupan ini, Salomo pada akhirnya menyadari bahwa hikmat sejati manusia itu sebenarnya bergantung kepada takut akan Allah yang pasti akan menjatuhkan hukuman atas perbuatan-perbuatan jahat manusia.
Karena itu kita diingatkan:
Ingatlah akan Penciptamu (karena engkau bukan milikmu sendiri, melainkan adalah milikNya) pada masa mudamu .....Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat (Pengkhotbah 12:1,14; 8:12-13).

KIDUNG AGUNG


Kitab Kidung Agung ini ditulis oleh Salomo (Kidung Agung 1:1).
Para rabbi Yahudi menganggap kitab ini sebagai ilustrasi mengenai hubungan di antara Allah dan Israel.
Banyak pemimpin Kristen percaya bahwa kitab ini mengungkapkan kasih yang telah terjalin di antara Kristus dan JemaatNya.
Juga kitab ini mengungkapkan kerinduan orang Kristen akan kehadiran Mempelai Lelaki Sorgawi dan akan terwujudnya persatuan yang indah antara Mempelai Wanita dan Mempelai Laki-Laki - Raja segala Raja dan Tuhan atas segala yang dipertuan.
Tepat sekali kitab ini menggambarkan hubungan yang kudus di antara Allah dan semua orang yang mengasihiNya.
Kitab Kidung Agung ini secara kiasan mengemukakan idaman atau impian yang indah dan kenangan yang indah yang dirasakan oleh seorang isteri muda yang suaminya sedang pergi.

Kisah cinta yang indah ini mengungkapkan kasih yang suci dari sebuah hubungan perkawinan yang telah dirancang dan ditetapkan oleh Sang Pencipta:
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur (perkawinan), sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah (Ibrani 13:4).

Kisah keseluruhan ini diwarnai oleh impian.
Situasinya adalah bayangan atau impian dan bukan sesuatu yang benar-benar terjadi.
Kerinduan, gairah, dan usaha pencarian semuanya diungkapkan dalam bahasa impian.
Mempelai wanita sedang tidur di ranjangnya, namun pikirannya senantiasa tertuju kepada mempelai laki-laki yang tidak bersamanya.
Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku.
Kucari, tetapi tak kutemui dia (Kidung Agung 3:1).

Ada banyak kesulitan yang dikemukakan dalam interpretasi rohani terhadap beberapa bagian ayat dalam kitab ini, sebagaimana adanya beberapa kesulitan pula dalam interpretasi mengenai Gereja sebagai Mempelai wanita Kristus dan Kristus sebagai Mempelai Lelaki kita.
Terkadang, kita sangat senang terhadap kehangatan kehadiran Kristus yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Namun seringkali pula kehadiranNya yang indah itu terasa hilang.
Namun kasih kita kepadaNya akan terus bertumbuh apabila kita memilki sikap menantikan dia dengan penuh pengharapan untuk bertemu dengan Dia kembali.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar (hanya memahami sedikit tentang Allah dan kekekalan), tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka (ketika kita bertemu dengan Yesus, segala sesuatu akan menjadi jelas).
Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal (dan dipahami oleh Allah) (I Korintus 13:12).

Pentingnya Kidung ini dapat dilihat dalam dua hal.
1. Sang Pencipta yang mengendalikan hati raja itu telah memimpin para penyusun Kitab Suci ini untuk memasukkan Kidung Agung Salomo ini.
2. Tuhan sendiri telah berkata bahwa: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar (II Timotius 3:16).

my song

Pengikut